Sabtu, 12 Oktober 2013

Curhat Fiksi # 5

Sekitar dua bulan yang lalu saat selesai mengikuti sebuah seminar, aku duduk di luar gedung dan tiba-tiba Nina menghampiri ku lalu memberitahuku bahwa dia telah menyelesaikan skripsi nya dan sebentar lagi akan menghadapi sidang akhir, Nina terlihat gembira, dan aku pun mengucapkan selamat untuk nya sambil berkata "hebat". Tapi beberapa saat kemudian Nina terlihat sedih, sambil berkata "tapi tetep aja ga punya pacar", aku pikir Nina bercanda seperti apa yang sering ku lakukan, ternyata dia serius dan kami pun mulai berbincang-bincang

aku: "emang nya kenapa kalau ga punya pacar Nin?"
Nina: "yah, kamu...ya kesepian lah!"
aku: "oh aku pikir itu syarat buat ikut sidang di kampus kamu...hahaha"
Nina sedikit tersenyum dan aku melanjutkan celoteh ku
aku : "kenapa kesepian?emang nya kamu ga punya temen?sodara?orang tua?"
Nina: "ya punya laaah tapi kan pacar itu kan beda"
aku: "hah?beda gimana?sama-sama manusia kan?atau sejenis mahluk lain?hahaha"
Nina: "Manusia!tapi kan kalau punya pacar itu ada yang perhatiin kita dengan cara yang berbeda, ngasih kasih sayang ke kita dengan cara yang berbeda yang bisa bikin kita lebih bahagia"
aku: "kamu pernah punya pacar?"
Nina: "iya"
aku: "kamu ngerasa bahagia?"
Nina: "iya, kan sudah aku bilang tadi bikin kita lebih bahagia makanya aku mau punya pacar lagi"
aku: "kamu pernah putus?"
Nina: "iya, makanya sekarang ga punya pacar juga"
aku: "rasa nya sedih kan putus itu?"
Nina: "ya iya lah"
aku: "kalau gitu punya pacar itu bukan jaminan mendapatkan kebahagiaan, kalau masih ada yang nama nya putus"
Setelah agak lama terdiam, Nina mulai bicara "iya juga yah"
aku: "bahagia itu punya kita sendiri, bukan punya pacar atau ga punya pacar, kita sendiri yang bisa bikin bahagia diri kita sendiri mau punya pacar ataupun engga, dan sedih juga kaya gitu"
Nina tersenyum kecil sambil mencoba untuk mengerti dan aku melanjutkan celoteh ku
aku: "punya pacar atau lebih tepatnya orang yang kita cintai itu bukan titik temu kebahagiaan, melainkan sebagai pelengkap kebahagiaan aja, itu juga kalau sampai menemui ijab qobul"
Nina tersenyum kecil lagi dan bilang, "bener juga yah" tapi kemudian murung dan bilang
Nina: "tapi liat temen atau orang lain yang pacaran itu suka bikin aku juga pengen punya pacar, apalagi kalau liat mereka sedang pacaran kaya ngejek aku yang ga punya pacar, dan aku ngerasa payah"
aku: "salah"
Nina: "apanya yang salah?"
aku: "wajah kamu...hahaha, ya salah, coba saja kamu balikan keadaan nya dari sudut pandang yang lain, anggap saja mereka yang payah karna harus punya pacar buat bisa bahagia, sedangkan kamu itu orang yang hebat karna walaupun sendiri juga bisa tetap hidup dan bahagia, dengan anggap kaya gitu kamu udah bisa bikin bahagia kamu sendiri, ya kan?"
Nina: "hehe...iya yah aku hebat bukti nya walaupun ga punya pacar bisa selesein skripsi"
aku: "punya pacar itu ga salah, tapi ga punya pacar itu juga bukan masalah, kebahagiaan itu punya pencipta manusia yang punya pacar dan manusia yang ga punya pacar, dan sang pencipta itu sangatlah adil, tergantung bagaimana kita menganggap nya"
Dari tadi aku tidak tau Nina mengerti atau tidak dan berharap Nina mengerti apa yang aku katakan, tapi itu terjawab
Nina: "iya aku akan anggap gitu, makasih udah balikin semangat ku lagi"
aku: "sama-sama, tapi bukan aku, melainkan kamu sendiri yang udah balikin semangat mu itu dengan cara berpikir kamu Nin"
Nina pun tersenyum seperti orang yang melihat santapan buka puasa.
Tak terasa Matahari terlihat ingin pergi ke sebelah barat dunia, lebih mudah nya kita bilang semakin sore dan aku pun ingin pulang karna memang seharus nya sudah pulang, Nina juga begitu, lalu kami pulang dengan cara yang berbeda.

maaf kalau saya ngacapruk, banyak kata-kata yang salah dan bahasa yang kurang dimengerti akal sehat :)) semoga bermanfaat :)

Curhat Fiksi # 4

Hari sudah mulai sore ketika itu jam menunjukan ke angka 4, pada waktu itu aku sedang duduk di bangku bus kota dari Bekasi menuju Bandung bersama seorang teman yang namanya Roni, aku duduk di ruangan favorit yang ada tulisan "smoking area" nya dan duduk sebelah kanan di dekat jendela dan Roni duduk di sebelahku. Ketika bus mulai berjalan, kebetulan hari itu tidak ada yang namanya macet jadi bus pun melaju dengan lancar menuju jalan tol, dan aku tersenyum melihat ke sebelah atas luar jendela, terang saja Roni keheranan dan bertanya

Roni: "liat apa?kenapa senyum sendiri?"
aku: "liat langit yang luas, indah sekali, apalagi penciptanya"
Roni: "ya pasti lah, Dia bisa menciptakan sesuatu yang begitu luas, apa kamu takut kepada-Nya?"
aku: "iya tentu saja, ga boleh ada yang kita takutkan selain Dia"
Roni: "ga boleh takut sama setan, hantu, atasan, preman dan mahluk lain nya, ya kan?"
aku: "iya"
Roni: "kalo gitu, kenapa kemarin kamu ga mau di tinggal sendiri di bengkel tua?"
aku: "oh itu...aku ga takut, tapi aku cuma ga mau cari masalah aja"
Roni: "hahaha, bener juga"
aku: "gitu juga sama atasan, ga ada yang perlu di takutin dari atasan, karna paling parah juga kita cuma di pecat, jadi ga usah takut tapi jangan bikin masalah aja"
Roni: "itu dia, kita sama-sama ciptaan-Nya jadi jangan takut"
aku: "istri mu juga ciptaan-Nya kan?"
Roni: "iya, mulai sekarang aku ga akan takut sama istri ku tapi ga mau cari masalah aja sama istri ku" sambil memasang headset di telinga nya dan mengakhiri pembicaraan kami untuk mulai menikmati perjalanan. Dan aku pun kembali melihat ke arah jendela sambil melihat banyak mobil yang melintas di jalan tol, siapa tau ada mobil nya Gita Gutawa lewat dan dia lihat aku.

maaf kalau saya ngacapruk, banyak kata-kata yang salah dan bahasa yang kurang dimengerti akal sehat :)) semoga bermanfaat :)

Jumat, 11 Oktober 2013

Curhat Fiksi # 3

Kali ini aku tidak ke rumah Intan, tapi aku mengajak nya jalan-jalan di kota yang punya julukan kota kembang, yaitu kota Bandung, ya walaupun KTP ku sebenar nya menunjukan bahwa aku ini bukan orang Bandung, ya aku tinggal di luar kota Bandung tapi aku lahir di kota Bandung, ah sudahlah lagipula tidak penting :)). Iya sekarang aku ngajak Intan makan di luar tapi bukan di tempat mewah dan romantis, aku takut itu akan membuat Intan semakin tidak kuat menyatakan cinta nya kepada ku :)) dan kali ini tidak mengikut sertakan keponakan Intan bersama kami karna ini tempat umum yang banyak orang jadi tidak berbahaya.

Hari itu Intan memakai kemeja warna hitam, jins warna biru tua, rambut di ikat dan tak pernah melepas kacamata nya aga bisa melihat dengan jelas kejelekan ku, begitu terlihat cantik dari sebelum dan sebelum nya.
Sebenar nya di awal keadaan nya tidak ada yang menarik karna kami hanya menikmati makanan masing-masing, tapi keadaan itu berubah ketika makanan kami habis yang tinggal tersisa lah minuman di meja kami, setelah makanan nya habis Intan bertanya hal yang lebih berat dari sebelum dan sebelum nya, langsung saja begini...

Intan: "apa sih cinta itu?
aku kaget dan otak ku tidak karuan, otak ku berpikir Intan akan menyatakan cinta nya kepada ku, bukan nya aku kepedean tapi begitulah jika otak ku terlalu berpikir positif :)) tapi aku netralisir dulu "over positif thinking" ku dan menjawab
aku: "menurut ku cinta itu adalah perasaan indah yang di anugrahkan Tuhan kepada umat manusia"
Intan: "kalau indah, kenapa banyak orang termasuk aku selalu merasa sedih saat merasakan cinta kalau cinta itu hanya aku yang merasakan?"
aku: "eh tunggu dulu, maksud nya cinta terhadap sesama manusia?" sambil menyeruput jus alpukat yang aku pesan.
Intan: "iya"
aku: "terhadap lawan jenis nya?"
Intan: "iya"
aku: "sebelum terjadi ijab qobul?"
Intan: "hmm...iya"
aku: "emang nya sedih gimana kasus nya?ko bisa sedih?"
Intan: "kalo aku cinta sama seseorang tapi orang itu malah memilih orang lain untuk menjadi pasangan nya dan ga peduli sama aku"
aku: "oh, dia bahagia sama pasangan nya?dan kamu ga suka sama pasangan nya itu?dan menganggap kamu yang lebih pantes buat dia?"
Intan: "iya"
aku: "itu namanya bukan cinta, tapi sirik itu mah namanya"
Intan: "haaaah?"
aku: "kamu ga rela kan?
Intan: "Iya"
aku: "kalau seperti itu bisa dibilang bukan cinta namanya tapi benci"
Intan: "kenapa gitu?"
aku: "saat musuh kamu menang, kamu sedih kan?
Intan: "Iya"
aku: "yang namanya cinta itu adalah kamu bahagia melihat orang yang kamu cintai itu sedang berbahagia, dan ikut merasakan kesedihannya saat dia sedih, kalau kamu sedih melihat dia bahagia, itu bukan cinta tapi benci"
Lalu Intan tersenyum seperti biasanya, terlihat begitu cantik dan aku melanjutkan celoteh ku
aku: "kalo kamu cinta sama seseorang, senyum lah untuk nya walaupun dia tidak melihat senyuman mu, ikut bersedih dan doakan dia saat dia bersedih walaupun dia tidak mengetahui nya dan janganlah bersedih melihat kebahagiaan karna itulah cinta, tersenyumlah untuk orang yang kamu cintai karna senyum itu ibadah dan ibadah itu bersifat positif dan kamu tau positif itu apa kan?"
Senyum Intan semakin melebar dan menatapku yang membuatku merasa aneh lalu menjawab "iya"
Lalu aku bertanya sesuatu kepada Intan, padahal tidak mau menanyakan nya
aku: "seseorang yang kamu maksud itu bukan aku kan?"
Intan menjawab sambil tersenyum dan terlihat bahagia: "bukan, tapi aku akan selalu YAKIN pada diriku sendiri, selalu MENDOAKAN MU dan akan selalu TERSENYUM kepada mu"
aku pun membalas senyuman nya dan menjawab : "aku juga akan kaya gitu buat kamu"
Pertemuan ku dengan Intan kali ini sangat lah berbahaya, tapi beruntung tidak ada pernyataan yang bisa melibatkan kata cinta di antara kami, atau mungkin lebih tepatnya belum :), dan tak terasa makanan dan minuman kami habis dan aku pun mengajak Intan pulang, lalu kami pun pulang, aku antar Intan pulang dengan menggunakan sepeda motor penuh sejarah ku yang keluaran tahun 2001 itu.

maaf kalau saya ngacapruk, banyak kata-kata yang salah dan bahasa yang kurang dimengerti akal sehat :)) semoga bermanfaat :)

Kamis, 10 Oktober 2013

Curhat Fiksi # 2

Beberapa hari setelah kunjungan ku ke rumah Intan waktu itu, aku berkunjung lagi kesana, ya aku sampai di rumah Intan ketika posisi matahari tepat berada di atas kepala, lebih mudah nya kita sebut siang hari. Ketika aku datang Intan menyambut ku dengan senyuman (memang harus nya seperti itu) dan yang lebih penting ternyata kali ini Intan sudah mempersiapkan keponakan nya di ruang tamu duduk di kursi yang bertujuan untuk menjadi pihak ke tiga di antara kita, dan sudah di beri eskrim oleh Intan, jadi aku ga usah beli eskrim lagi buat keponakan nya. Alasan mengajak keponakan nya duduk di antara kami adalah sama seperti waktu kunjungan pertama ke rumah Intan :D. Kali ini Intan memakai baju berwarna hitam dengan rambut yang di ikat, tidak lupa kaca mata nya agar bisa lebih jelas melihat kejelekan ku, lebih cantik dari sebelum nya dan aku semakin takut, kali ini aku takut kalau aku yang melakukan hal yang berbahaya, yaitu dengan melihat kecantikan nya aku takut aku tak sadar membuat Intan jatuh cinta kepada ku, atau mungkin sudah?ah cuma Intan dan Tuhan yang tau :)

Seperti biasa, setelah kami bosan membicarakan hal yang tidak penting, kami mulai mengubah haluan pembicaraan menjadi agak sedikit serius. Kali ini Intan menanyakan hal yang lebih sulit...ah tapi ga juga, kata ayah Pidibaiq juga sulit itu kalau kita mikir nya itu sulit, kalau tidak di pikir sulit ya tidak sulit. begini..

Intan: "menurut kamu sabar itu ada batas nya ga?"
aku: "menurut ku sih ga ada"
Intan: "tapi kenapa aku selalu ga bisa sabar terus menerus, dan malah menjadi beban buat aku?terkadang aku ga tau harus ngelakuin apa sampai aku nangis sendiri karna ga kuat harus sabar, mungkin kamu tau apa yang harus aku lakuin?"
aku: "aku juga kaya gitu"
Aku pikir Intan bakal ngasih wajah kecewa lagi mendengar jawaban ku yang memang mengecewakan itu, tapi ternyata Intan menatap ku dengan manis nya dan dalam tatapan nya itu seperti menunggu lanjutan jawaban ku, padahal itu aku memang bingung bagaimana cara menjelaskan jawaabn ku, tapi dalam keadaan itu Intan terlihat lebih cantik dan aku tidak mau merubah wajah cantik nya itu menjadi wajah mengecewakan, jadi karna kecantikan nya itu otak ku langsung merespon dengan cepat untuk menjawab.
aku: "aku juga kaya gitu kalau terus bilang dan berpikir sabar"
Intan: "maksud nya terus bilang dan berpikir sabar?"
aku: "kata lain dari sabar itu kan bertahan dan menanti apa yang kita harapkan, iya kan?"
Intan: "iya"
aku: "nah kalau ga bisa bertahan, ganti aja jangan sabar, jadi ga usah sabar saja"
Intan: "ganti dengan apa?dengan doa lagi?"
aku: "kalau doa itu, sudah di lakuan sebelum kamu bersabar, tapi ganti saja "sabar" nya dengan "yakin", yakin kamu akan dapat apa yang kamu harapkan"
Intan: "hmm...maksudnya?"
aku: "seperti yang aku bilang, sabar itu kan menanti apa yang kamu harapkan?kalau yakin, kamu percaya harapan kamu itu pasti datang, ya kan?anggap saja sabar itu sebagai proses dan yakin itu adalah hasil nya, prosesnya tak usah di bayangkan, di bicarakan apalagi permasalahkan tapi di jalankan saja dan hasil nya itu yang kamu bayangkan, membayangkan hasil tidak akan jadi beban buat kamu"
Intan terdiam sejenak, dan aku meneruskan celoteh ku
aku: "yakin itu sama dengan iman kan?yang nama nya iman itu positif kan?yang nama nya positif baik, dan baik itu tidak akan pernah menjadi beban apa pun, ya kan?"
Lalu Intan mulai tersenyum, dan bilang "iya"
dengan senyuman nya itu Intan terlihat lebih cantik dari yang sebelum nya ku katakan, dan itu...berbahaya :))
Sebenarnya aku tidak tau apakah Intan mengerti atau tidak tentang apa yang aku katakan, tapi melihat nya tersenyum seperti nya mengerti, atau hanya pura-pura karna tidak mau mengecewakan ku yang telah berceloteh panjang lebar.
Tapi akhir nya aku tau Intan mengerrti apa yang aku katakan setelah dia mengatakan sesuatu kepada ku
Intan: "mulai sekarang aku akan YAKIN pada diriku dan selalu MENDOAKAN MU"
aku: "aku juga akan kaya gitu" sambil tersenyum dan berharap Intan menganggapku tampan dengan senyuman itu, seperti apa yang aku rasakan ketika melihat Intan begitu cantik ketika tersenyum.
dan kata-kata yang seperti itu lah yang berpotensi akan terjadi nya hal yang berbahaya walaupun sudah ada keponakan Intan duduk di antara kita :))
lalu karna takut terjadi hal yang berbahaya, aku pun pamit pulang dan Intan pun mengerti, dan aku pun pulang seprti biasa, mengucapkan salam karna di ingatkan stiker yang ada di depan pintu rumah Intan dan Intan pun menjawab karna memang seharus nya begitu. Tapi kali ini aku pulang tidak pakai mobil hijau lagi melainkan memakai sepeda motor berwarna hitam ku yang keluaran tahun 2001.

maaf kalau saya ngacapruk, banyak kata-kata yang salah dan bahasa yang kurang dimengerti akal sehat :)) semoga bermanfaat :)