Sekitar dua bulan yang lalu saat selesai mengikuti sebuah seminar, aku duduk di luar gedung dan tiba-tiba Nina menghampiri ku lalu memberitahuku bahwa dia telah menyelesaikan skripsi nya dan sebentar lagi akan menghadapi sidang akhir, Nina terlihat gembira, dan aku pun mengucapkan selamat untuk nya sambil berkata "hebat". Tapi beberapa saat kemudian Nina terlihat sedih, sambil berkata "tapi tetep aja ga punya pacar", aku pikir Nina bercanda seperti apa yang sering ku lakukan, ternyata dia serius dan kami pun mulai berbincang-bincang
aku: "emang nya kenapa kalau ga punya pacar Nin?"
Nina: "yah, kamu...ya kesepian lah!"
aku: "oh aku pikir itu syarat buat ikut sidang di kampus kamu...hahaha"
Nina sedikit tersenyum dan aku melanjutkan celoteh ku
aku : "kenapa kesepian?emang nya kamu ga punya temen?sodara?orang tua?"
Nina: "ya punya laaah tapi kan pacar itu kan beda"
aku: "hah?beda gimana?sama-sama manusia kan?atau sejenis mahluk lain?hahaha"
Nina: "Manusia!tapi kan kalau punya pacar itu ada yang perhatiin kita dengan cara yang berbeda, ngasih kasih sayang ke kita dengan cara yang berbeda yang bisa bikin kita lebih bahagia"
aku: "kamu pernah punya pacar?"
Nina: "iya"
aku: "kamu ngerasa bahagia?"
Nina: "iya, kan sudah aku bilang tadi bikin kita lebih bahagia makanya aku mau punya pacar lagi"
aku: "kamu pernah putus?"
Nina: "iya, makanya sekarang ga punya pacar juga"
aku: "rasa nya sedih kan putus itu?"
Nina: "ya iya lah"
aku: "kalau gitu punya pacar itu bukan jaminan mendapatkan kebahagiaan, kalau masih ada yang nama nya putus"
Setelah agak lama terdiam, Nina mulai bicara "iya juga yah"
aku: "bahagia itu punya kita sendiri, bukan punya pacar atau ga punya pacar, kita sendiri yang bisa bikin bahagia diri kita sendiri mau punya pacar ataupun engga, dan sedih juga kaya gitu"
Nina tersenyum kecil sambil mencoba untuk mengerti dan aku melanjutkan celoteh ku
aku: "punya pacar atau lebih tepatnya orang yang kita cintai itu bukan titik temu kebahagiaan, melainkan sebagai pelengkap kebahagiaan aja, itu juga kalau sampai menemui ijab qobul"
Nina tersenyum kecil lagi dan bilang, "bener juga yah" tapi kemudian murung dan bilang
Nina: "tapi liat temen atau orang lain yang pacaran itu suka bikin aku juga pengen punya pacar, apalagi kalau liat mereka sedang pacaran kaya ngejek aku yang ga punya pacar, dan aku ngerasa payah"
aku: "salah"
Nina: "apanya yang salah?"
aku: "wajah kamu...hahaha, ya salah, coba saja kamu balikan keadaan nya dari sudut pandang yang lain, anggap saja mereka yang payah karna harus punya pacar buat bisa bahagia, sedangkan kamu itu orang yang hebat karna walaupun sendiri juga bisa tetap hidup dan bahagia, dengan anggap kaya gitu kamu udah bisa bikin bahagia kamu sendiri, ya kan?"
Nina: "hehe...iya yah aku hebat bukti nya walaupun ga punya pacar bisa selesein skripsi"
aku: "punya pacar itu ga salah, tapi ga punya pacar itu juga bukan masalah, kebahagiaan itu punya pencipta manusia yang punya pacar dan manusia yang ga punya pacar, dan sang pencipta itu sangatlah adil, tergantung bagaimana kita menganggap nya"
Dari tadi aku tidak tau Nina mengerti atau tidak dan berharap Nina mengerti apa yang aku katakan, tapi itu terjawab
Nina: "iya aku akan anggap gitu, makasih udah balikin semangat ku lagi"
aku: "sama-sama, tapi bukan aku, melainkan kamu sendiri yang udah balikin semangat mu itu dengan cara berpikir kamu Nin"
Nina pun tersenyum seperti orang yang melihat santapan buka puasa.
Tak terasa Matahari terlihat ingin pergi ke sebelah barat dunia, lebih mudah nya kita bilang semakin sore dan aku pun ingin pulang karna memang seharus nya sudah pulang, Nina juga begitu, lalu kami pulang dengan cara yang berbeda.
maaf kalau saya ngacapruk, banyak kata-kata yang salah dan bahasa yang kurang dimengerti akal sehat :)) semoga bermanfaat :)